Kamis, 27 November 2014

KOTA YOGYAKARTA

KOTA YOGYAKARTA KENAIKAN HARGA BBM 
Biaya Pertanian Ikut Membengkak JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto Mujiyar, 58, mengairi lahan pertanian bawang merah yang ia garap dengan mesin penyedot air berbahan bakar premium yang dimodifikasi menggunakan gas elpiji di areal persawahan di Sanden, bantul, DI. Yogyakarta, Selasa (27/08/2014). Kesulitan mendapatkan BBM premium membuat para petani di daerah itu mencoba memodifikasi mesin penyedot air dengan gas elpiji 3 Kg, setiap harinya diperlukan dua liter premium untuk menghidupkan mesin pompa air, sementara dengan gas elpiji 3 Kg mampu menghemat dan bisa digunakan hingga empat hari.Ilustrasi petani mengairi lahan pertanian dengan mesin penyedot air yang dimodifikasi menggunakan gas elpiji sebagai bahan bakar. (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja) PERTANIAN DI KOTA YOGYAKARTA GUNUNGKIDUL-Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) diikuti kenaikan biaya pertanian. Saat ini, petani di Gunungkidul harus merogoh kocek lebih dalam untuk menggarap lahan. Salah satu petani di Dusun Butuh, Desa Pulutan, Kecamatan Wonosari, Marsilah mengatakan, kenaikan yang paling terasa untuk biaya air sumur bor. Sebelum kenaikan harga BBM, petani hanya perlu membayar Rp60.000 setiap jam. “Tapi sekarang setiap jam Rp80.000,” ucap Marsilah ketika ditemui di ladang di Dusun Butuh, Selasa (25/11/2014). Air dari sumur bor yang dialirkan selama satu jam bisa digunakan untuk lahan seluas 1.000 meter persegi. Air juga akan ditampung di kolam kecil berukuran tiga kali dua meter. Biasanya, lanjut dia, dalam satu kali musim tanam, petani bisa menggunakan jasa air dari sumur bor sebanyak tiga hingga empat kali. “Tergantung kondisi hujan. Tapi, biasanya tetap memakai air dari sumur bor agar tanaman tetap hidup,” imbuh dia. Petani lain, Tumijo mengakui, selain biaya air yang bertambah mahal, biaya tenaga juga turut naik. Menurut dia, sebelum kenaikan BBM setiap orang diupah Rp30.000. Pengguna jasa pun masih harus menyediakan makanan dan minuman. “Sekarang upah buruh tani Rp50.000. Dan masih harus menyediakan makan dan minum,” ujar dia. Setiap musim tanam, lanjut Tumijo, petani menggunakan jasa buruh tani minimal dua kali. Biasanya mereka menggunakan jasa saat tanam dan panen. Tumijo mengatakan, saat tanam ia menggunakan jasa tujuh orang buruh tani selama 1,5 hari. “Memang rugi. Harga padi nanti juga belum tahu berapa. Ya mau bagaimana lagi,” imbuh dia. Hal serupa dialami petani di Desa Ngestirejo, Kecamatan Tanjungsari. Namun, biaya tenaga belum semahal di Pulutan. Salah satu petani, Sutriantini mengatakan, biasanya satu orang buruh tani diupah Rp25.000. Pengguna jasa juga masih harus memenuhi kebutuhan makan dan minum. “Sekarang setiap orang Rp35.000. Itu juga masih memberi makan dan minum. Sebelum kenaikan harga BBM, Rp35.000 sudah tidak menyediakan makan dan minum,” ungkap dia. Yogyakarta sebagai daerah perkotaan merupakan konsumen utama hasil pertanian hobies. Untuk melayani kebutuhan masyarakat tersebut Pemerintah Kota Yogyakarta membangun sentra pemasaran komoditas pertanian perkotaan terpadu melalui pengembangan Kebun Bibit Dongkelan Barat sebagai Bursa Pemasaran Pertanian Perkotaan atau lebih populer disebut sebagai Bursa Agro Jogja (BAJ). Dengan luas lahan kurang lebih 14.030 m2, BAJ terletak di Dongkelan, Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta. BAJ, yang resmi dibuka oleh Walikota Yogyakarta pada 20 Januari 2008 ini dirancang sebagai tempat yang nyaman untuk berbagai kegiatan yang mendukung pengembangan pertanian pola perkotaan dengan kegiatan meliputi, pengembangan promosi dan informasi teknologi pertanian pola perkotaan melalui berbagai kegiatan pameran dan lomba pertanian pola perkotaan yang bernuansa hobies, pengembangan pemasaran hasil pertanian pola perkotaan melalui penyediaan sarana tempat penjualan, pengembangan taman pendidikan pertanian. Untuk mendukung berbagai kegiatan tersebut maka program ruang dalam pengembangan BAJ terdiri dari berbagai zona yaitu, Zona Penerimaan, Zona Edukasi, Zona Display Tanaman Hias, Zona Retail Ikan Hias, Zona sub Raiser Ikan Hias, Zona Pameran dan Kontes Pertanian, Bangunan eks stasiun Dongkelan, Taman Pendidikan Pertanian, Gazebo Olahan dan Gazebo Kolam, tempat parkir dan sarana penunjang (mushola, tiolet dan taman bermain). Saat ini, sudah ada beberapa zona yang telah dimanfaatkan yaitu, anjungan PIPA, zona yang berada di atas lahan seluas 1.500 m2 telah dikelola Pusat Informasi Promosi Agribisnis (PIPA). Anjungan ini digunakan sebagai tempat showroom dan transaksi komoditas pertanian perkotaan, terutama tanaman hias dan sarana produksinya (saprodi) termasuk sarana pendukung (pot, rak, alat semprotan dan lain-lain). Gedung Display Pemasaran Tanaman Hias ini terdiri dari dua puluh lima kios yang disewa oleh Asosiasi/Kelompok Tani/Pelaku Usaha Pertanian untuk berjualan tanaman hias, saprodi dan pendukungnya. Zona Pameran dan Kontes Pertanian dimanfaatkan sebagai sarana promosi keberadaan BAJ yang sielenggarakan sebulan sekali baik oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) sendiri atau swasta (event organizer) dan diikuti Asosiasi/Kelompok Tani/Pelaku Usaha Pertanian dari wilayah kota Yogyakarta dan sekitarnya. Zona Retail Ikan Hias terdiri dari dua puluh kios yang ditempati oleh Pedagang Ikan HIas Pasar Ngasem yang direlokasikan ke BAJ sejak 2007, mengingat Pasar Ngasem akan dikembalikan fungsinya sebagai wilayah Cagar Budaya Taman Sari. Zona Edukasi, Promosi dan Informasi Pertanian, zona yang belum sempurna ini sudah pernah dimanfaatkan sesuai fungsi dan kondisi sarana yang telah tersedia. Sebagai contoh, zona ini sering dipakai kegiatan Playgroup, TK, SD dan SLTP baik dari Kota Yogyakarta maupun dari luar propinsi. Ada beberapa zona di BAJ yang belum dapat difungsikan dengan baik karena masih memerlukan penyempurnaan yaitu, Zona Sub Raiser Ikan Hias, zona ini dibangun dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan adanya ikan hias yang berkualitas mengingat salah satu potensi Kota Yogyakarta sebagai daerah konsumen utama ikan hias di Propinsi Daerah Istimewa Yogayakarta (DIY). Bangunan Eks Stasiun Dongkelan, merupakan salah satu cagar budaya sebagai jalur transportasi kereta api jurusan Palbapang-Dongkelan-Salam-Magelang yang dimanfaatkan sebagai resto dan dikelola oleh pihak UPT/swasta. Bingung akhir pekan ini mau jalan-jalan kemana? Kunjungi saja Pekan Flori dan Flora tingkat Nasional yang diadakan di Yogyakarta. Kegiatan ini adalah agenda tahunan nasional Direktorat Jendral Holtikultura Kementrian Pertanian. Pada tahun ini, Yogyakarta menjadi tuan rumah untuk penyelenggaraan PF2N yang ke 6 dengan tema : “Hortikultura Nusantara sebagai gaya hidup sehat”. Istilah hortikultura diartikan sebagai usaha membudidayakan tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias, sehingga hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. (sumber) Seperti yang telah kita ketahui, kota Yogyakarta terkenal dengan kota yang memiliki potensi budaya, pendidikan dan pariwisata. Sehingga dipilihnya kota Yogyakarta menjadi tuan rumah merupakan strategi yang tepat untuk membuat pameran ini akan banyak dikunjungi. Pekan Flori dan Flora Nasional ini resmi dibuka pada hari Rabu (2 Oktober 2013) yang lalu oleh Menteri Pertanian Suswono dan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. Karena keterlambatan penulis datang di lokasi kegiatan, jadi penulis tidak bisa menuliskan proses pembukaan pekan flori dan flora tersebut. Ketika penulis datang, Menteri Pertanian Suswono dan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X sudah berada ditengah-tengah kebun melon, untuk melihat melon yang menjadi juara I perlombaan kategori melon no net. Kegiatan ini juga disemarakkan oleh pawai andong yang berhiaskan tanaman hortikultura (buah-buahan, sayuran, tanaman obat, dsb). Andong tersebut mewakili daerah masing-masing. Jadi ada sekitar kurang lebih 188 andong memadati kawasan pameran yaitu di jalan kenari. Pekan Flori dan Flori yang diikuti oleh 188 daerah di seluruh nusantara ini sangat menarik karena kita bisa menikmati berbagai macam tanaman yang dihias rapi dan sangat indah. Pameran ini dibagi dalam beberapa area, diantaranya adalah stand pameran 188 daerah (lokasinya didalam tenda yang dibuat seperti aula besar, masing-masing daerah menampilkan display produk hortikultura andalan), area pameran taman, area kebun tanaman obat, area kebun tanaman buah (melon, semangka, papaya, dsb) area tanaman sayuran (cabai, tomat, oyong, dsb). Setelah sampai di stand pameran 188 daerah, Saya kemudian mewawancarai Ibu Zula Katili dan Ibu Vonny Jantoy, mereka adalah perwakilan dari daerah Gorontalo. Menurut mereka, kegiatan ini dinilai baik karena sebagai media promosi hasil produk khas daerahnya. Produk khas dari Gorontalo yang menjadi andalan adalah Cabai Malavita FM dan Tomat Tamate Le Rah. Cabai yang berukuran kecil ini, tidak ada yang mengira kalau tingkat kepedasannya sangat tinggi. Tomat Tamate Le Rah dengan ukuran mini tersebut sudah langsung bisa dikonsumsi, tidak seperti tomat yang berukuran besar pada umumnya. Menurut mereka, ada kekurangan pada penyediaan fasilitas, yaitu didalam stand terasa sangat panas. Mungkin kedepannya panitia bisa menyediakan AC didalam stand :D Produk hortikultura kedua yang dicicipi penulis adalah Pepaya Mini dari Balikpapan. Papaya ini berukuran kecil, hampir seperti ukuran buah mangga pada umumnya. Tetapi daging buah ini manis, dan tekstur dagingnya padat (tidak berair seperti papaya pada umumnya). Di dalam stand, disediakan tester sehingga kita bebas mencicipinya. Jika ingin membawa pulang papaya yang satu ini, cukup membayar 5 ribu rupiah per bijinya. Produk hortikultura lain yang menarik perhatian penulis adalah Pakis Monyet dari Sumatra Barat. Bonggol keemasan di pangkal batangnya dan bulu-bulu yang tumbuh di bonggol tersebut sangat mirip rambut monyet. Harga 1 pakis monyet ini berkisar antara 50-100 ribu. Jangan kuatir tentang bagaimana cara membudidayakannya, karena beberapa orang perwakilan dari Sumatra Barat akan siap menjelaskan. Pekan Flori dan Flora ini dibuka sampai tanggal 8 Oktober 2013. Jadi, tunggu apalagi ? ayo segera kunjungi dan dukung terus pertanian Indonesia !!! 

LINK: 

http://www.harianjogja.com/baca/2014/11/27/kenaikan-harga-bbm-biaya-pertanian-ikut-membengkak-555332 
https://gudeg.net/id/directory/16/1147/Bursa-Agro-Jogja-%28BAJ%29-
Kota-Yogyakarta.html#.VHcikGcW5Sk 
http://grovenuha.blogspot.com/2010/09/razia-di-yogya-ditemukan-bakso-campur.html http://www.skanaa.com/id/news/detail/luas-kampung-florikultura-yogyakarta-ditambah http://regional.kompasiana.com/2013/10/04/ayo-kunjungi-pekan-flori-dan-flora-nasional-dukung-pertanian-indonesia--597540.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar